Jumat, 18 Desember 2009

pantaskah kita sombong

“telah tampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagaian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar”. (Qs. ar-rum:41)
Sobat, mungkin kita tidak bisa memungkirinya lagi karena kita sudah ditunjuki oleh beberapa fakta, dan fakta itu nyata terjadi dihadapan kita. Memang benar apa yang telah difirmankan oleh Allah. Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut. Itu semua dapat kita lihat dari banyaknya bencana yang telah menimpa negeri ini. Mulai dari sunami, gempa bumi, putting beliung, lapindo sidoarjo, jebolnya tanggul situ gintung, sampai banjir pada musim hujan.
Dan ini semua akibat dari ulah manusia yang semakin hari semakin tak jelas arah hidupnya. Yang haram bisa jadi halal dan yang halal bisa jadi haram. Semua diatas namakan HAM. Baik berpendapat, beragama, berkepemilikan, maupun berprilaku. Virus Negara (barat) yang menjunjung tinggi asas kebebasan itu telah menyerang kenegeri ini.
Sholat dikatakan symbol kedisiplinan beragama. Berzina katanya hak asasi wong suka sama suka, porno aksi katanya hak asasi. Lantas dimana peran Negara yang katanya punya aturan. Masih berlakukah aturan Negara dimata masyarakat, siapakah yang salah dalam hal ini. Negara yang tidak bisa mengatur ataukah masyarakat yang gak bisa diatur???. Oh no! sepertinya keduanya sama-sama tidak salah. Lantas dimana letak kesalahanya dalam hal ini???. Yang salah bukan siapa-siapa, tapi yang salah adalah system yang telah digunakan oleh negeri ini. Buktinya kita sudah berganti beberapa rezim pemerintahan kondisinya teap saja sama. Kita mengetahui system berdasarkan kedaulatan rakyat (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). System ini sudah lama diterapkan dinegeri ini, tapi sampai sekarang perubahan yang diinginkan pun tak kunjung datang. Malahan tatanan hidup semakin tak karuan. Maksud hati ingin masyarakat yang sejahterah dengan hasil kekayaan yang ada, tapi dari mana bisa sejahterah kalau pemerintahnya masih selalu memihak pada asing sang pemilik modal yang suka mengeruk kekayaan Negara kita. Semuanya telah diprivatisasi, kekayaan kita telah dijual, mulai dari blok minyak dan gas, BUMN juga banyak yang terjual seperti: PT garuda Indonesia, PT Krakatau steel, PT bank tabungan Negara, PT yogya karya, serta PTPN III, IV dan VIII. Bahkan selama 26 mei 2008-5 mei 2009 pemerinah telah menjual 59 blok minyak Indonesia sebesar 850.982 barel/hari, Chevron Pacific Indonesia menguasai 425.478 barel/hari, sedangkan pertamina hanya 108.233 barel/hari. Masya’Allah
Katanya kedaulatan ditangan rakyat, tetapi nyatanya gimana? Apakah suara kita pernah didengar oleh pemerintah saat kita berteriak minta BBM diturunkan, apakah suara kita didengar saat banyak pengangguran, apakah suara mahasiswa didengar saat mereka berteriak karena biaya pendidikan mahal? Oh… tidah mungkin. Mata dan telinga mereka sudah dibuta oleh kehedonisanya. Segalanya adalah uang, uang, dan uang.
“barang siapa yang berpaling dari peringatanku (Al-qur’an) maka baginya kehidupan yang sempit dan diakherat dalam keadaan buta” (toha: 124).
Wahai saudaraku, marilah kita kembali kejala-Nya, kejalan sang pencipta dan kejalan dzat yang membuat aturan. Dengan berpedoman pada Al-qur’an dan as-sunnah insya’allah kita akan selamat fii dunya wal akhirah.
Dari rentean perisiwa bencana yang telah terjadi tadi, memang kia bisa saja menjelaskan landasan ilmiahnya. Tapi justru karena itu pula kita sering melupakan Allah SWT. Kita juga bahkan telah melupakan firman Allah SWT:
“tiada suatu bencana pun yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum kami menciptkanya. Sesunggunya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (Qs, al-hadid:22).
Dan karena itu pula umat islam merasa tak pernah bersalah dan berdosa atas setiap musibah yang menimpanya. Padahal boleh jadi musibah itu diturunkan akibat dari kemaksiatan yang telah mereka perbuat. Allah berfirman
“hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-hatilah kamu kepada mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang Allah turunkan kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpahkan musibah kepada mereka akibat dari sebagian dosa-dosa mereka. Sesungguhnya kebanyakan manusia itu fasik” (Qs. Al-maidah:59)
innil khukmu illa lillah (tiada hukum kecuali hukumnya Allah). Dengan merenungkan ayat diatas masikah kita menolak atas dosa-dosa kita yang selama ini tidak berhukum pada hukumnya Allah. Hanyalah sang pencipta manusia yang tahu aturan hidup manusia. Allah pasti tahu yang terbaik untuk hambanya. Jangan sekali-kali kita sombong dengan menyekutukan hukum-Nya dengan hukum buatan sesame kita (manusia), atau kesempitan yang akan selalu menghimpit kita. Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar